GooDay18 - Sebuah Cerita Dewasa yang akan kubagikan kali ini akan sangat mengairahkan. Bosan..X!! Satu kata yang membawaku melarikan motor bebek kesayanganku membelah dinginnya angin malam hari, menuju ke pusat kota Depok, Terus terang pikiranku sedang kacau, wanita yang kucintai pagi tadi pergi tanpa pamit bersama temannya ke luar kota. Padahal sudah enam hari ini tak diberinya jatah sex, dengan alasan sedang UTS. Mau meledak rasanya kepala ini, harus kusalurkan nafsuku ini bila tak ingin marah-marah terus. Terbayang di benak semua rencana tuk malam ini memberi kepuasan terhadap dirinya dan pelampiasan nafsuku yang sudah enam hari melakukan sex, sebutir obat kuat ranjang telah kusiapkan disaku calana. SIAL....! makiku dalam hati…Lalu aku melihat ada Warteg yang terlihat sepi.
Sebetulnya bukan warteg, lebih mirip gerobak dorong makanan yang terparkir di pinggir jalan seberang toko. Kuparkir motor di depan gerobak makanan itu, kupesan segelas wedang jahe untuk mengusir dinginnya malam ini. Kulihat jam baru setengan sepuluh malam, tinggal setengah jam lagi bubaran toko-toko sepanjang jalan, dimana pelayan-pelayan toko berhamburan berjalan keluar toko untuk pulang. Kuraih rokok yang ada di saku celana yang tinggal empat batang, kunyalakan dan kuhisap kuat sambil kuhembuskan keras ke udara untuk melepas stress sekaligus dingin. Dinginnya malam tak cukup untuk mendinginkan hatiku ini yang sedang haus sex, terlebih dalam adik keciku yang berada di bawah menginginkan jatah. Pikiranku melayang mencari segala cara memenuhi hasrat yang sudah tak tertahankan ini.
Waktu pun berjalan, sambil pikiranku terus berkobar, terdengar suara wanita sedang memesan segelas teh hangat di sampingku. Kugeser posisi dudukku, kulirik dia, hmm.. lumayan juga nih cewek. “Permisi mas numpang duduk” sapanya. “Oh, silahkan-silahkan” jawabku memberi tempat kepadanya dengan hati girang. “Kok belum pulang neng?” tanyaku memulai modusku. “Iya mas, lagi tunggu jemputan, tapi kok belum datang-datang ya” jawabnya sambil menengok kiri dan kanan. “Biasanya saya sudah jemput dari tadi lho mas” tambahnya. Tiba-tiba Ponsel wanita itu berbunyi, kulihat dia menjawab telepon itu, kuperhatikan wajahnya. Alamak..! wajah itu menunjukan expresi marah,tapi bagiku menambah manis wajah angunnya. “Sialan” katanya dengan keras sambil menutup pembicaraan teleponnya. “Kenapa neng, kok tibatiba marah-marah?” tanyaku sambil curi kesempatan. “Dasar cowok gak tahu di untung, minggat sana sama cewek yang dia suka” maki dirinya kepada cowok di telepon tadi. Tiba-tiba dia menelungkupkan wajah ayunya ke atas meja sambil menangis. Wah kacau nih, pikirku. “Sudahlah neng jangan nangis lagi", nggak usah dipikirin lagi, laki-laki emang begitu sifatnya rayuku sambil tanpa kusadari bahwa aku juga laki-laki yang mungkin sama atau lebih berengsek dari cowoknya tadi.
“Gimana kalau saya saja yang mengantar embak pulang?” kutawari kebaikan sekaligus niak lainku untuk mengantar. Wanita itu menataku sambil menangis, terlihat air mata yang masih mengalir dari kedua matanya yang ayu. Oh Mai God, ayu tenan gumam hatiku, wajahnya itu lho lucu, imut, cantik kasihan diterpa cahaya lampu tempel di meja gerobak dagangan makanan. “Mas nggak papa ni? Nanti Mas ada yang marah gak? tanyanya sambil menatap tajam padaku. “Kita senasib kok mbak, Saya Rizky” kataku memperkenalkan diri sambil meraih tangannya menuju motor untuk mengantarnya pulang. Setelah kubayar minumanku dan dia , kuulurkan helm kepadanya. Motor kustarter, dia duduk dibelakangku. “Aku Dinda mas. Senasib bagaimana sih mas?” tanyanya penasaran padaku. “Aku juga ditinggal cewekku sore tadi, dia pergi sama teman-temannya tanpa pamit padaku entah itu laki-laki lain atau bukan” jawabku. “Tempat Tinggalmu di daerah mana neng?” tanyaku.
“Apa” tanyanya sambil mendekatkan kepalanya ke samping kepalaku, seerrr… payudara yang bulat kencang dan empuk, sekarang nempel merapat di punggungku "Ahh.., Nikmatnya.." pikirku, Adik yang memberontak pengen keluar yang berada di dalam celana dalamku. Sial… aku lupa mencukur bulu bawahku, sekarang terasa perih menggigit terdesak pisang rajaku yang perlahan mulai mengeras. “Kenapa mas?” tanyanya sekali lagi padaku. Wajah gadis itu di sebelah kanan agak kebelakang arah wajahku, kutengok ke samping kanan, persis yang kuduga sebelumnya, begitu menengok, kucium lembut dan menyentuh pipi serta sedikit bibirnya, “iiiihhh.., nakal ya masnya ini” katanya sambil mencubit pinggangku. Haa... haa… “Kostmu dekat daerah mana neng manis?” tanyaku menahan perih di pinggang akibat cubitan nakalny. “Enggak Au.. ahh, aku lagi gak kepengen pulang” cemberutnya sambil terus mencubit pinggangku. Kuhentikan motorku di tepi jalan. “Kok berhenti mas?” tanyanya.
“Habis neng nyubit terus gak di lepas-lepas lagi… nanti gimana bawa motornya?” candaku.
“Habisnya mas juga genit sih, pake cium-cium segala” ujarnya. “Nah gitu dong, jangan sedih terus donk, ntar ilang lho manisnya dan cantiknya” kataku ketawa. “Tu kan… mas mulai lagi” ketusnya sambil bersiap untuk mencubit pinggangku lagi. Kutangkap tangan lembut itu, kugenggam mesra sambil bertanya “Trus kita mau ke mana dek Dinda?” Ditundukkannya wajahnya “Terserah mas aja lah mau kemana. pokoknya aku lagi males pulang ke kostan”. “Ya oke deh, kita nikmatin malam ini berdua saja ya” jawabku nakal. “He.. hehe...” sambutnya sambil melendot manja, Dirayu sedikit keluar deh manjanya "tapi takpalah rezeki sayang kalau ditolak" . Kulaju motorku ke arah selatan. Yang namanya rejeki gak lari ke mana, sorak hatiku yang membara.
Aku membawanya kepantai, Setelah itu sampailah kita di pantai, angin laut selatan menyambut kita disertai dinginnya musim kemarau. Kulepas jaket tebalku dan kukenakan kepadanya yang hanya berkaus kuning tipis ketat berlengan pendek. Kuparkir motor di atas pasir pesisir pantai, kutuntun bahunya untuk duduk di pasir, dia diam mengikuti saja, pandangan jauh menatap kelamnya lautan yang indah. “Kenapa, kok ngelamun Din” tanyaku. “Tau.. nih, kita kan baru beberapa jam lalu kenalan, kok kek uda lama kenalnya ya” jawabnya. “Emang kenapa? nggak boleh? Kalo Aku suka neng dari pandangan pertama tuh” kataku sambil ngawur. “Iiiiih..., ngawur lagi deh” sambil mulai mencubitku lagi. Sebelum tangan itu sampai, aku bangkit berlari dan segera menghindar, terjadilah kejar-kejaran diantara kami, sampai suatu saat kakiku tersandung lobang pasir dan jatuh. Karena jarak kami tidak terlalu jauh, dia pun ikut terjatuh, sebelum sempat kusadari, reflek tanganku meraih tubuhnya, berpelukanlah kami berdua. Dia pun diam saja, akupun menahan nafas, perlahan kusorongkan wajahku mendekati wajahnya yang ayu itu, kucium lembut bibirnya, ia pun membalas sambil memejamkan kedua matanya, kami berdua terhanyut, melayang tinggi dengan suasanya belakang deburan ombak pantai yang lembut.
Malampun semakin larut, kami memutuskan untuk menginap di salah satu penginapan yang berada di sekitar pantai. “Kok kamu mau menginap dengan cowok yang baru kamu kenal sih” bisikku dengan lembut ketelinganya. “Habis mas baik sih, mau nemenin Inda yang lagi sedih” katanya manja. Kuraih wajahnya, kepagut bibir mungil Dinda, kami berdua berciuman sangat mesra. Tangan kananku mulai memeluk pinggangnya, tangan kiriku bergerilya meraba-raba masuk ke dalam kaus ketat Dinda. Cumbuan kumenuju ke leher jenjang
Dinda, dia mendesis nikmat dipeluknya tubuhku. “Sss…mass… uenaaakk” erang Dinda yang mulai terangsang dengan permainanku. Tangan kiriku berusaha masuk melalui bra yang ketat itu, sedang tangan kananku berusaha membuka kaitan bra yang ada di punggung Dinda. “Mas Riz… ky… Dinda jadi lee.. messs... nih… sambil tiduran sajaa.. yuk…?” pintanya. Kugendong diri Dinda ke atas ranjang, kumainkan kedua belah payudara Dinda, Mata Dinda terpejam kembali dengan menahan nikmat perlahan… dia berkata sshhh… sss… yang keras mas remasnya… ssshhh…
Kubungkukkan bandan, mendekat ke arah payudara Dinda, ku hisap puting sebelah kiri sementara tangan kananku meremas-remas yang sebelah kanan. Tangan Dinda menjambak rambutku… Sss…hh... enaaakk… masssss… hisap yang kuat sayang… Jilatanku kuteruskan menelusuri sampai ke pusarnya, kumainkan lidahku di lubang pusar Dinda. Malam kian larut, deburan ombak terdengar merdu sampai ke dalam kamar, seakan musik mengiringi deru nafas memburu kami berdua. Kupandangi tubuh Dinda, kuusap mesra wajahnya, Dinda memandangku dengan pasrah, kuusap-usap perut lembutnya dengan tangan kanan, terus turun hingga ke celana panjang Dinda. Kubuka kancing celana Dinda, kuturunkan resletingnya secara perlahan dan kubelai dengan punggung tanganku.
“Mas Rizky.. jangan siksa Dinda dong… cepet copot baju, celana dan CD mas juga” pinta Dinda yang sudah penuh nafsu. “Sebentar donk sayang, mas mau pipis sebentar dulu ya” kataku sambil berlari ke kamar mandi. Aku mencopot baju dan celanaku serta celana dalamku sambil mengelus-ngelus adik kecilku “sabar ya dik, sebentar lagi kukenalkan pasanganmu” kataku bergumam senang. Dinda terpekik tertahan melihat kondisiku yang sudah telanjang, sambil menutup mulutnya. “Mas Rizky… kok anunya gede banget? kira-kira muat gak ya ke lobang aginanya saya?” tanyanya manja. “Apakah kamu masih perawan Da?” tanyaku sambil berjalan mendekatinya. “Udah enggak sih… cuman dah lama gak kemasukan, apalagi barang punya mas segede gitu?” jawabnya senyum nakal dikulum. “Ya udah nikmatin dulu deh punya mas ini ya” kataku sembari menyodorkan penisku ke wajahnya. Dinda pun bangkit dan menyentuh penisku sambil dijilatinya, kemudian memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya yang kecil itu, terlihat sesak saat dia memasukkan batangku.
Aku tersenyum melihatnya terbelalak-belalak. “Cape nih mas mulut Dinda, pege punya mas gede sih..l!” protesnya. “Ya udah, sekarang giliran mas mau cium vagina Dinda ya” kataku meredakan protes Dinda. Kemudia Dinda kembali tiduran sembari mengangkangkan kedua pahanya yang sudah stand by itu, kudekatkan kepalaku di selangkangan Dinda yang memang luar biasa bersihnya kemaluan dinda dengan rambut sedikit dirapikannya, kumulai mengulum kemaluan dinda. Kedua tangan dinda menjambak rambut di kepalaku. “Achhh… terus masss… yesss… gigit masss…” erang dinda sepertinya menikmati permainnanku di vaginanya. Bego aja cowok goblok itu, cewe sebagus ini disia-siakan bathinku berkata sembari terus menjilat dan sesekali kumasukkan lidahku kedalam liang vaginanya. “Maasss… aaakkkuu… uddaaa.. mau keluaarrr..!” jerit Dinda sembari menekan kepalaku ke dalam vaginanya. Tubuh Dinda bergetar hebat, dari lubang kemaluan Dinda keluar lendir hangat orgasme yang lansung tak kusia-siakan untuk menyedotnya sampai habis ternyata gurih sekali cairan orgasme Dinda. Setelah beberapa saat Dinda tergolek lemas seperti tak bertenaga, kudekati Dinda dan berbaring di sisinya, kukecup keningnya dan kubelai rambut Dinda, “Gimana rasanya sayang?” tanyaku. Dinda tak menjawab, hanya tatapan sendu serta senyuman Dinda yang mewakili sejuta kata-kata yang mewakili dirinya mencapai puncak kenikmatan.
Kemudian aku bangkit lagi, melumuri penisku dengan minyak, agak kuangkat Dinda untuk agak menepi dari ranjang ( membawanya ke ujung ranjang). Perlahan aku arahkan penisku ke tengah selangkangan Dinda. “Pelan-pelan ya mas… soalnya punya mass.. gede” pinta Dinda memohon. Pertama ku buka bibir vagina dinda dengan jari-jariku, kemudian kutempelkan ujung penisku di tengah vaginanya, perlahan-lahan tapi pasti kudorong masuk ke dalam. Dengan sisa orgasmenya dinda tadi, seolah penisku telah siap untuk menerima kedatangan penisku, tetapi tetap saja agak susah masuknya karena vaginanya sangat sempit.
Kulihat Dinda agak menjerit, “Kenapa Da?, sakit ya?” tanyaku. “Sedikit mas, tapi gapa-pa kok, Dinda akan tahan”. Aku gak mau buru-buru, sedikit demi sedikit penisku kukeluar masukkan ke dalam liang vagina dinda. Setelah masuk setengah, kudiamkan sejenak untuk memberi waktu vagina dinda menyesuaikan dengan batang penisku yang gede ini, kulihat Dinda menatapku, “Kenapa berhenti di tengah-tengah mas? aku dah mulai merasa enak kok rasanya” kata Dinda sedikit protes atas perbuatanku. Memang aku penjahat kelamin, kata teman-temanku, sebetulnya aku sendiri gak setuju karena menurut diriku sendiri aku adalah penyayang kelamin, gak mau asal ML dan wanita merasa sakit, karena prinsipku hubungan sex itu adalah kepuasan antara kedua pihak yang berlainan jenis.
Setelah kulihat Dinda sudah mulai terbiasa menerima kehadiran penisku, mulailah kumaju mundurkan senjataku tersebut, sambil melirik Dinda. Ternyata Dindapun sudah menikmati keluar masuknya penisku di vaginanya. Sekitar lima belas menit kemudian Dinda mengalami kontraksi, rupanya dia sudah mau mencapai orgasme lagi. Massssss…akkkuuu… maauu kkke..lluuuaarrr... lllaaggiii... erangnya sambil memeluk erat tubuh serta menjepit keras pinggulku. Aku imbangi orgasme dinda dengan menancapkan batang penisku dalam-dalam.
“Gimana rasanya sayang?” tanyaku. “Waduh mas luar biasa deh” jawabnya sambil ngos-ngosan. Kemudian dinda aku suruh telentang di atas rajang, kemudian aku naik di atas tubuh dinda, kujilati sekitar payudara dinda yang memang sudah basah oleh keringatnya bercampur jilatanku tadi.

Kemudian kusuruh kedua tangan dinda untuk menjepit kedua payudaranya, setelah itu batang penisku aku tusukkan di tengah jepitan payudaranya. dinda tersenyum paham dengan apa yang ingin kulakukan dan bertanya “Kenapa mas gak dikeluarin di dalam vagina dinda aja mass?” tanyanya. “Engga ah..., nanti kamu hamil gimana” jawabku. dindapun tersenyum manis. kulanjutkan kocokan kemaluanku di jepitan payudara dinda, tak berapa lama terasa ada sesuatu yang akan meledak dari ujung penisku, Dinda menengadah ke arah payudaranya, “Daaaa… masss mau kelluaarr juga nihhh…” erangku. Kulihat dinda sudah membuka mulutnya, seolah mau menampung muncratan air maniku. Melihat hal itu buru-buru ku copot penisku dari jepitan payudara Dinda dan kumasukkan ke mulut Dinda yang kecil itu, disambutnya penisku dengan ganas dan di kulumnya. Keluarlah semua larvaku di mulut Dinda sampai tetes mani terakhir. “Enak kok mas, gurih.. punya mas Dinda seneng sama sperma mas?” kata Dinda sambil tersenyum nakal. Akupun seperti habis berlari berpuluh-puluh meter, nafasku tersengal tetapi senyumku masih bisa kupaksakan untuk dinda. Kupeluk tubuh telanjang dinda, kuciumi wajah, pipi, telinga dan kamipun beciuman mesra layaknya pasangan, kamipun tertidur pulas hingga pagi tanpa sehelai benang nempel di kedua tubuh telanjang kami.
Pagi pun merangkak ke siang, aku terjaga dan kulihat di sebelahku Dinda sudah tidak ada. Dengan perasaan malas aku bangun dan menuju ke kamar mandi. Sesampai di sana kulihat Dinda membelakangi pintu dan sedang menyikat gigi, perlahan kudekati dan kupeluk dari belakang, tak lupa tanganku mampir di kedua buah dada Dinda yang lagi telanjang itu.
“Eh.. mass..,, dah bangun ya?” sapa Dinda. Kurasakan penisku mulai bangkit dari tidurnya lagi, dengan posisi demikian kurenggangkan kedua kaki Dinda dan perlahan kumasukkan penisku dari belakang. Dinda mengerang lirih dan berpegangan pada tepi bak mandi, sampai akhirnya Dinda mencapai Puncaknya.
Setelah itu ia jongkok di depanku dan mulai mengulum penisku sampai mencapai orgasme yang ditelan Dinda sampai habis air maniku.
Setelah mandi dan sarapan, kami berdua bersantai di teras depan penginapan. Kemudian Dinda bertanya dengan perasaan sedikit sedih, “Mass, kira-kira besok-besok gimana ya hubungan kita..” tanyanya sedih. “Mau kamu gimana Da? balasku bertanya lagi. “Mau Dinda kita gak buru-buru putus mas, setelah peristiwa semalam sampai hari ini, kayaknya Dinda suka beneran deh sama mas Rizky?” katanya sambil mulai meneteskan air mata. Aku bangkit dan memeluk dirinya, ku elus-elus rambutnya. “Mas juga sama kok perasaannya dengan kamu sayangku” kataku menghibur. “Kita lihat besok aja ya, dan aku janji selalu menghubungi kamu ya Da.” kataku kemudian. Dinda hanya mengangguk lemah.
Sejak itu sesuai dengan janjiku, aku selalu mengunjunginya dan kami masih berhubungan intim terus secara diam-diam, bila tidak di tempatku ya di tempat dinda. Sampai suatu saat dia bilang kalau dilamar oleh cowoknya yang dulu yang bikini dia kesel punya, dimana cowoknya telah mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan menyakiti Dinda lagi. Aku pun agak terpukul, tetapi mau gimana lagi, aku sendiri masih kuliah, masih berharap sama orang tua, sementara cowok si Dinda telah bekerja dan agak mapan, akhirnya kuihklaskan kepergian dinda. Sebelum berpisah dinda kuajak ke suatu tempat, selama dua hari, berdua memuaskan hasrat sebelum berpisah. Memang dinda sendiri tidak bisa menolak cowok tersebut , setelah kunasihati akhirnya Dinda mau mengerti dan menerima lamaran cowoknya.
Kini aku jomblo lagi, sementara cewekku dulu sudah aku putus kemarin-kemarin yang taunya dia selingkuh dengan temannya itu.Sekianlah ceritaku kali ini.
Tamat
Ayo segeralah bergabung bersama kami dengan melakukan pendaftaran pada kolom registrasi kami, atau melalui Live Chat Customer Service kami yang siap melayani kapanpun.
Hanya dengan 1 USER ID saja anda sudah bisa memainkan semua game di website kami:
Dengan Pelayanan Terbaik !
Hubungi CS agen sbobet terpercaya melalui :
Belum ada tanggapan untuk "BERCINTA TANPA ADA STATUS"
Posting Komentar